Thursday, May 10, 2007

Kebosanan Kerja

Team e-psikologi

Jakarta, 12 September 2002

Setiap individu pasti pernah mengalami kebosanan. Kebosanan bisa terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan individu seperti pekerjaan, sekolah, bahkan perkawinan. Biasanya rasa bosan ditandai dengan kelelahan, miskin kreativitas, hilangnya minat atau ketertarikan pada sesuatu yang dahulu disukai, malas, lesu, dan berbagai perasaan tidak enak yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan individu tersebut mengalami stress bahkan depresi.

Dalam dunia kerja, kebosanan kerja menjadi sangat penting untuk mendapat perhatian mengingat bahwa hal tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Kebosanan kerja bisa terjadi bukan saja pada pekerja di tingkat bawah (Frontliner) tetapi juga bisa melanda para pekerja di tingkat atas (Managerial Level). Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan berbagai tindakan pencegahan dengan cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan, melaksanakan company gathering, memberikan kesempatan untuk melakukan cuti, dan masih banyak lagi hal lainnya. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat para pekerja tidak merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari. Dari sisi individu, hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar dapat terbebas dari kebosanan kerja tersebut?

Penyebab

Beberapa alasan mengapa bisa terjadi kebosanan kerja dapat dibagi dalam beberapa penyebab, yaitu:

Pekerjaan Tidak Menarik atau Tidak Menantang

Otak manusia membutuhkan stimulasi dan tantangan terus-menerus. Artinya dalam konteks pekerjaan maka otak manusia cenderung membutuhkan tugas-tugas baru yang menantang atau menarik. Setiap saat menemukan tugas atau tantangan baru maka otak akan berusaha untuk menguasai tugas tersebut, dan sesudah berhasil menguasainya maka otak membutuhkan stimulasi baru. Jika stimulasi atau tantangan baru tersebut tidak ada dan otak hanya mengulang apa yang telah dikuasai maka tugas atau pekerjaan yang telah dikuasai tersebut menjadi tidak menarik sehingga timbul kebosanan. Para pekerja yang setiap hari hanya melakukan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang serta berada dalam lingkungan kerja yang relatif sama akan sangat mudah menjadi bosan setelah menjalani pekerjaan tersebut dalam waktu tertentu. Selain itu pekerjaan yang dianggap terlalu mudah atau tidak sesuai dengan tingkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang juga akan cenderung membuat ia mengalami kebosanan.

Tidak Memiliki Otonomi

Dalam bekerja hampir setiap individu mendambakan untuk dapat bekerja dengan otonomi yang luas, memiliki tanggungjawab, bisa fleksibel dalam mengerjakan tugas-tugas, dan terlibat dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Jika hal-hal seperti ini tidak didapat oleh pekerja selama melakukan aktivitas kerjanya maka kemungkinan untuk menjadi bosan akan sangat terbuka.

Arti Bekerja

Meski telah memiliki pekerjaan yang menantang, otonomi kerja dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan, seseorang akan tetap bisa menjadi bosan jika ia tidak merasa bahwa bekerja adalah sesuatu yang berharga bagi hidupnya. Seseorang yang tidak tahu apa alasannya sehingga dia harus bekerja atau pekerjaan yang ditekuni ternyata tidak memiliki nilai yang sesuai dengan apa yang diyakini pasti akan cepat menjadi bosan. Untuk bisa tetap bertahan dan menyenangi pekerjaan, seseorang harus mengetahui arti pekerjaan tersebut bagi kehidupannya atau dengan kata lain ia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa ia harus bekerja.

Tidak Melakukan Apa-apa

Dalam masyarakat kita seringkali kita mendengar komentar seperti: "enak sekali hidupnya si A, punya jabatan tinggi, tiap hari hanya tinggal makan dan tidur saja, tidak seperti saya yang setiap harinya harus bekerja membanting tulang dari subuh sampai tengah malam untuk bisa makan". Benarkah kehidupan si A akan seenak yang dikatakan oleh orang tersebut? Jawabnya: belum tentu. Dalam kehidupan ini banyak sekali individu yang justru merasa bosan karena tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan tugas-tugas tertentu karena sudah dikerjakan oleh orang lain. Ada banyak manager yang akhirnya tidak bertahan di suatu perusahaan meski menyandang jabatan sangat tinggi karena ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa. Jadi dalam hal ini datang ke kantor dan duduk-duduk saja sambil memberi perintah belum tentu akan membuat seseorang tidak mengalami kebosanan.

Mengatasi Kebosanan Kerja

Kebosanan kerja bukan saja memberikan dampak yang negatif bagi kinerja individu dalam perusahaan/organisasi tetapi juga dapat menyebabkan berbagai dampak psikologis yang dapat mengganggu kesejahteraan jiwa individu tersebut. Dampak psikologis tersebut misalnya timbulnya rasa hampa dalam diri individu tersebut, meragukan kemampuan diri sendiri atau sebaliknya justru bersikap arogan karena merasa semua tugas dapat dikerjakan tanpa kesulitan, hilangnya motivasi kerja, dsb. Dengan melihat dampak-dampak tersebut maka kebosanan kerja perlu segera ditangani agar tidak sampai menyebabkan stress atau depresi.

Beberapa cara berikut ini mungkin layak anda pertimbangkan jika kebetulan anda merasa bosan dengan pekerjaan anda saat ini:

Menulis

Menulis buku, novel, artikel atau training manual akan sangat berguna untuk mengalihkan perhatian anda dari tugas-tugas sehari-hari. Sekali anda melakukan salah satu dari hal-hal tersebut maka anda akan terus tertantang untuk membuat tulisan dengan mutu yang lebih baik. Selain itu dengan menulis maka anda akan terpacu untuk mencari berbagai informasi dan bahan-bahan yang diperlukan sehingga wawasan anda menjadi lebih luas dan kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan anda ke dalam tulisan tersebut menjadi lebih terbuka. Bahkan bisa jadi bahwa kegiatan anda menulis tersebut justru menjadi karir yang kemudian membuat anda meraih kesuksesan. Contoh nyata dalam hal ini adalah John Grisham, seorang pengacara yang menjadi pengarang Novel, yang justru menjadi terkenal setelah menulis novel dan bukan ketika ia berprofesi sebagai Lawyer.

Mengajar

Menjadi dosen atau guru sudah menjadi suatu fenomena umum yang sering kita temui pada pekerja di Indonesia. Dengan mengajar maka anda akan memiliki kesempatan untuk menikmati kondisi atau suasana yang berbeda antara dunia kerja (kantor) dengan dunia akademik (kampus/sekolah).

Menjadi Mentor

Para pekerja senior maupun manager sebaiknya menyediakan waktu untuk mendidik para professional yunior yang ada dalam perusahaannya. Dalam beberapa perusahaan hal ini mungkin sudah merupakan suatu tugas yang memang harus dilakukan oleh sang manager. Namun demikian jika di perusahaan anda kebetulan belum berlaku hal tersebut maka ajukan diri untuk mulai melakukannya. Hal ini akan sangat berguna dalam mengatasi kebosanan kerja.

Berwiraswasta

Memulai usaha sendiri merupakan suatu langkah besar yang dapat dilakukan oleh para pekerja yang menyukai tantangan. Dengan memulai usaha sendiri maka tantangan akan semakin besar dan akan menuntut individu tersebut untuk menguasai (setidaknya mengetahui) berbagai bidang yang berguna untuk kelangsungan usahanya. Usaha baru yang dijalankan bisa saja masih bergerak pada bidang yang sama dengan yang dilakukan semasa bekerja di perusahaan orang lain, atau bisa juga memilih bidang yang berbeda sama sekali.

Menjadi Konsultant

Menjadi "independent consultant" bagi perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mampu membayar jasa perusahaan-perusahaan konsultant besar dan ternama merupakan suatu tantangan yang menarik bagi anda yang sangat menguasai bidang pekerjaan anda. Anda bisa mencoba menjadi konsultant di perusahaan milik anggota keluarga, teman atau relasi anda. Tentu saja hal ini harus dilakukan tanpa melanggar aturan yang berlaku di perusahaan tempat anda bekerja saat ini. Artinya hal ini bisa dilakukan sejauh hal tersebut diijinkan oleh perusahaan tempat anda bekerja atau tanpa menggunakan waktu dan fasilitas dari perusahaan tempat anda bekerja sekarang ini.

Melibatkan Diri Dalam Asosiasi Profesi

Bergabung dengan asosiasi profesi sesuai bidang keahlian yang anda miliki dan mau terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang diselengggarakan oleh asosiasi tersebut merupakan suatu cara yang baik untuk kembali menyegarkan semangat kerja anda. Dengan ikut terlibat dalam asosiasi dan kegiatan tersebut maka anda memiliki kesemapatan untuk berbagi pengalaman dengan rekan seprofesi sehingga dapat lebih memperkaya wawasan dan dapat memunculkan ide-ide atau harapan-harapan baru.

Menjalin Kerjasama Dengan Perusahaan Lain

Dewasa ini terdapat aneka ragam perusahaan yang menawarkan peluang kerja yang memungkinkan individu untuk dapat bekerjasama tanpa mengganggu pekerjaan yang sudah ada atau yang sedang ditekuni saat ini. Sebagai contoh: ada perusahaan yang menawarkan kerjasama dalam bentuk penyertaan saham dan bagi hasil, anda yang menggunakan sistem Multi Level Marketing, dan ada juga yang berbasis web (kerja jarak jauh), dll. Semua penawaran tersebut membuka peluang bagi anda untuk melakukan kerjasama. Anda dapat mempelajari masa depan dari masing-masing perusahaan tersebut dan menentukan mana yang lebih sesuai untuk diri anda.

Mengikuti Kursus/Pelatihan

Sesekali ikutlah dalam salah satu kursus atau pelatihan untuk mengupdate kemampuan anda dan mendapatkan suasana baru yang berbeda dengan suasana kerja sehari-hari. Bila perlu pilih kursus yang ada di luar kota agar anda bisa belajar sambil bersantai dengan keluarga atau teman, sehingga ketika kembali ke kantor pikiran menjadi segar kembali.

Merubah Karir

Jika ternyata anda terus-terusan mengalami kebosanan kerja di bidang yang sama maka ada baiknya anda mulai mengevaluasi diri anda. Cobalah pikirkan kelebihan dan kekurangan anda dalam bidang tersebut. Jika perlu jangan takut untuk merubah karir. Hal ini tentu saja tidak gampang dilakukan, terutama untuk karir yang tidak ada kaitannya dengan bidang pendidikan atau pun keahlian anda, mengingat bahwa kesempatan kerja di Indonesia masih amat tidak seimbang dengan jumlah calon pekerja. Oleh karena itu sebelum merubah karir maka pastikan anda membekali diri dengan pengetahuan dan keahlian yang sesuai.

Masih banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi kebosanan kerja. Pada dasarnya beberapa hal penting yang diharapkan dilakukan oleh para pekerja yang mengalami kebosanan kerja adalah agar mereka dapat mengubah suasana kerja menjadi lebih menarik dan menyenangkan, menemukan sesuatu yang berharga dan bernilai bagi kehidupan dirinya, memilih kegiatan yang menyenangkan, dan menstimulasi otak agar dapat membantu diri sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Intinya untuk menghindari kebosanan kerja maka individu harus mengatasi kebosanan tersebut dengan cara: SEGERA BERTINDAK MELAKUKAN SESUATU. Gejala-gejala kebosanan bukan untuk dihindari tetapi harus diselesaikan dengan segera. DON'T WAIT BUT DO IT NOW. Semoga berguna.....(jp)

Kebosanan Kerja

Team e-psikologi

Jakarta, 12 September 2002

Setiap individu pasti pernah mengalami kebosanan. Kebosanan bisa terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan individu seperti pekerjaan, sekolah, bahkan perkawinan. Biasanya rasa bosan ditandai dengan kelelahan, miskin kreativitas, hilangnya minat atau ketertarikan pada sesuatu yang dahulu disukai, malas, lesu, dan berbagai perasaan tidak enak yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan individu tersebut mengalami stress bahkan depresi.

Dalam dunia kerja, kebosanan kerja menjadi sangat penting untuk mendapat perhatian mengingat bahwa hal tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Kebosanan kerja bisa terjadi bukan saja pada pekerja di tingkat bawah (Frontliner) tetapi juga bisa melanda para pekerja di tingkat atas (Managerial Level). Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan berbagai tindakan pencegahan dengan cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan, melaksanakan company gathering, memberikan kesempatan untuk melakukan cuti, dan masih banyak lagi hal lainnya. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat para pekerja tidak merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari. Dari sisi individu, hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar dapat terbebas dari kebosanan kerja tersebut?

Penyebab

Beberapa alasan mengapa bisa terjadi kebosanan kerja dapat dibagi dalam beberapa penyebab, yaitu:

Pekerjaan Tidak Menarik atau Tidak Menantang

Otak manusia membutuhkan stimulasi dan tantangan terus-menerus. Artinya dalam konteks pekerjaan maka otak manusia cenderung membutuhkan tugas-tugas baru yang menantang atau menarik. Setiap saat menemukan tugas atau tantangan baru maka otak akan berusaha untuk menguasai tugas tersebut, dan sesudah berhasil menguasainya maka otak membutuhkan stimulasi baru. Jika stimulasi atau tantangan baru tersebut tidak ada dan otak hanya mengulang apa yang telah dikuasai maka tugas atau pekerjaan yang telah dikuasai tersebut menjadi tidak menarik sehingga timbul kebosanan. Para pekerja yang setiap hari hanya melakukan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang serta berada dalam lingkungan kerja yang relatif sama akan sangat mudah menjadi bosan setelah menjalani pekerjaan tersebut dalam waktu tertentu. Selain itu pekerjaan yang dianggap terlalu mudah atau tidak sesuai dengan tingkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang juga akan cenderung membuat ia mengalami kebosanan.

Tidak Memiliki Otonomi

Dalam bekerja hampir setiap individu mendambakan untuk dapat bekerja dengan otonomi yang luas, memiliki tanggungjawab, bisa fleksibel dalam mengerjakan tugas-tugas, dan terlibat dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Jika hal-hal seperti ini tidak didapat oleh pekerja selama melakukan aktivitas kerjanya maka kemungkinan untuk menjadi bosan akan sangat terbuka.

Arti Bekerja

Meski telah memiliki pekerjaan yang menantang, otonomi kerja dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan, seseorang akan tetap bisa menjadi bosan jika ia tidak merasa bahwa bekerja adalah sesuatu yang berharga bagi hidupnya. Seseorang yang tidak tahu apa alasannya sehingga dia harus bekerja atau pekerjaan yang ditekuni ternyata tidak memiliki nilai yang sesuai dengan apa yang diyakini pasti akan cepat menjadi bosan. Untuk bisa tetap bertahan dan menyenangi pekerjaan, seseorang harus mengetahui arti pekerjaan tersebut bagi kehidupannya atau dengan kata lain ia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa ia harus bekerja.

Tidak Melakukan Apa-apa

Dalam masyarakat kita seringkali kita mendengar komentar seperti: "enak sekali hidupnya si A, punya jabatan tinggi, tiap hari hanya tinggal makan dan tidur saja, tidak seperti saya yang setiap harinya harus bekerja membanting tulang dari subuh sampai tengah malam untuk bisa makan". Benarkah kehidupan si A akan seenak yang dikatakan oleh orang tersebut? Jawabnya: belum tentu. Dalam kehidupan ini banyak sekali individu yang justru merasa bosan karena tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan tugas-tugas tertentu karena sudah dikerjakan oleh orang lain. Ada banyak manager yang akhirnya tidak bertahan di suatu perusahaan meski menyandang jabatan sangat tinggi karena ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa. Jadi dalam hal ini datang ke kantor dan duduk-duduk saja sambil memberi perintah belum tentu akan membuat seseorang tidak mengalami kebosanan.

Mengatasi Kebosanan Kerja

Kebosanan kerja bukan saja memberikan dampak yang negatif bagi kinerja individu dalam perusahaan/organisasi tetapi juga dapat menyebabkan berbagai dampak psikologis yang dapat mengganggu kesejahteraan jiwa individu tersebut. Dampak psikologis tersebut misalnya timbulnya rasa hampa dalam diri individu tersebut, meragukan kemampuan diri sendiri atau sebaliknya justru bersikap arogan karena merasa semua tugas dapat dikerjakan tanpa kesulitan, hilangnya motivasi kerja, dsb. Dengan melihat dampak-dampak tersebut maka kebosanan kerja perlu segera ditangani agar tidak sampai menyebabkan stress atau depresi.

Beberapa cara berikut ini mungkin layak anda pertimbangkan jika kebetulan anda merasa bosan dengan pekerjaan anda saat ini:

Menulis

Menulis buku, novel, artikel atau training manual akan sangat berguna untuk mengalihkan perhatian anda dari tugas-tugas sehari-hari. Sekali anda melakukan salah satu dari hal-hal tersebut maka anda akan terus tertantang untuk membuat tulisan dengan mutu yang lebih baik. Selain itu dengan menulis maka anda akan terpacu untuk mencari berbagai informasi dan bahan-bahan yang diperlukan sehingga wawasan anda menjadi lebih luas dan kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan anda ke dalam tulisan tersebut menjadi lebih terbuka. Bahkan bisa jadi bahwa kegiatan anda menulis tersebut justru menjadi karir yang kemudian membuat anda meraih kesuksesan. Contoh nyata dalam hal ini adalah John Grisham, seorang pengacara yang menjadi pengarang Novel, yang justru menjadi terkenal setelah menulis novel dan bukan ketika ia berprofesi sebagai Lawyer.

Mengajar

Menjadi dosen atau guru sudah menjadi suatu fenomena umum yang sering kita temui pada pekerja di Indonesia. Dengan mengajar maka anda akan memiliki kesempatan untuk menikmati kondisi atau suasana yang berbeda antara dunia kerja (kantor) dengan dunia akademik (kampus/sekolah).

Menjadi Mentor

Para pekerja senior maupun manager sebaiknya menyediakan waktu untuk mendidik para professional yunior yang ada dalam perusahaannya. Dalam beberapa perusahaan hal ini mungkin sudah merupakan suatu tugas yang memang harus dilakukan oleh sang manager. Namun demikian jika di perusahaan anda kebetulan belum berlaku hal tersebut maka ajukan diri untuk mulai melakukannya. Hal ini akan sangat berguna dalam mengatasi kebosanan kerja.

Berwiraswasta

Memulai usaha sendiri merupakan suatu langkah besar yang dapat dilakukan oleh para pekerja yang menyukai tantangan. Dengan memulai usaha sendiri maka tantangan akan semakin besar dan akan menuntut individu tersebut untuk menguasai (setidaknya mengetahui) berbagai bidang yang berguna untuk kelangsungan usahanya. Usaha baru yang dijalankan bisa saja masih bergerak pada bidang yang sama dengan yang dilakukan semasa bekerja di perusahaan orang lain, atau bisa juga memilih bidang yang berbeda sama sekali.

Menjadi Konsultant

Menjadi "independent consultant" bagi perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mampu membayar jasa perusahaan-perusahaan konsultant besar dan ternama merupakan suatu tantangan yang menarik bagi anda yang sangat menguasai bidang pekerjaan anda. Anda bisa mencoba menjadi konsultant di perusahaan milik anggota keluarga, teman atau relasi anda. Tentu saja hal ini harus dilakukan tanpa melanggar aturan yang berlaku di perusahaan tempat anda bekerja saat ini. Artinya hal ini bisa dilakukan sejauh hal tersebut diijinkan oleh perusahaan tempat anda bekerja atau tanpa menggunakan waktu dan fasilitas dari perusahaan tempat anda bekerja sekarang ini.

Melibatkan Diri Dalam Asosiasi Profesi

Bergabung dengan asosiasi profesi sesuai bidang keahlian yang anda miliki dan mau terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang diselengggarakan oleh asosiasi tersebut merupakan suatu cara yang baik untuk kembali menyegarkan semangat kerja anda. Dengan ikut terlibat dalam asosiasi dan kegiatan tersebut maka anda memiliki kesemapatan untuk berbagi pengalaman dengan rekan seprofesi sehingga dapat lebih memperkaya wawasan dan dapat memunculkan ide-ide atau harapan-harapan baru.

Menjalin Kerjasama Dengan Perusahaan Lain

Dewasa ini terdapat aneka ragam perusahaan yang menawarkan peluang kerja yang memungkinkan individu untuk dapat bekerjasama tanpa mengganggu pekerjaan yang sudah ada atau yang sedang ditekuni saat ini. Sebagai contoh: ada perusahaan yang menawarkan kerjasama dalam bentuk penyertaan saham dan bagi hasil, anda yang menggunakan sistem Multi Level Marketing, dan ada juga yang berbasis web (kerja jarak jauh), dll. Semua penawaran tersebut membuka peluang bagi anda untuk melakukan kerjasama. Anda dapat mempelajari masa depan dari masing-masing perusahaan tersebut dan menentukan mana yang lebih sesuai untuk diri anda.

Mengikuti Kursus/Pelatihan

Sesekali ikutlah dalam salah satu kursus atau pelatihan untuk mengupdate kemampuan anda dan mendapatkan suasana baru yang berbeda dengan suasana kerja sehari-hari. Bila perlu pilih kursus yang ada di luar kota agar anda bisa belajar sambil bersantai dengan keluarga atau teman, sehingga ketika kembali ke kantor pikiran menjadi segar kembali.

Merubah Karir

Jika ternyata anda terus-terusan mengalami kebosanan kerja di bidang yang sama maka ada baiknya anda mulai mengevaluasi diri anda. Cobalah pikirkan kelebihan dan kekurangan anda dalam bidang tersebut. Jika perlu jangan takut untuk merubah karir. Hal ini tentu saja tidak gampang dilakukan, terutama untuk karir yang tidak ada kaitannya dengan bidang pendidikan atau pun keahlian anda, mengingat bahwa kesempatan kerja di Indonesia masih amat tidak seimbang dengan jumlah calon pekerja. Oleh karena itu sebelum merubah karir maka pastikan anda membekali diri dengan pengetahuan dan keahlian yang sesuai.

Masih banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi kebosanan kerja. Pada dasarnya beberapa hal penting yang diharapkan dilakukan oleh para pekerja yang mengalami kebosanan kerja adalah agar mereka dapat mengubah suasana kerja menjadi lebih menarik dan menyenangkan, menemukan sesuatu yang berharga dan bernilai bagi kehidupan dirinya, memilih kegiatan yang menyenangkan, dan menstimulasi otak agar dapat membantu diri sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Intinya untuk menghindari kebosanan kerja maka individu harus mengatasi kebosanan tersebut dengan cara: SEGERA BERTINDAK MELAKUKAN SESUATU. Gejala-gejala kebosanan bukan untuk dihindari tetapi harus diselesaikan dengan segera. DON'T WAIT BUT DO IT NOW. Semoga berguna.....(jp)

Psikosomatik Dan Pendekatan Psikologi Qur’ani

Oleh Drs Suriyadi, M Hum

Fenomena menarik yang terjadi dewasa ini dan hampir melanda umat manusia adalah kerasnya persaingan antar individu untuk bertahan hidup. Dalam upaya seseorang untuk bertahan hidup, tak jarang konflik yang berkepanjangan mucul seiring dengan lewatnya waktu.

Seorang sibuk memikirkan masa depannya, masa depan anak-anaknya, kehidupannya untuk hari esok, penyakitnya yang tak kunjung sembuh, vonis dokter bahwa tensinya tinggi hangga ia dinyatakan mengidap penyakit darah tinggi, takut tak mampu menyelesaikan studinya, dan lain-lain sehingga ia terfokus hanya memikirkan masalahnya tersebut. Akibatnya, ia terbawa arus pikirannya yang tanpa ia sadari menjadikan konflik pada dirinya.

Kejadian ini terus berlangsung sepanjang hidupnya dan puncaknya ia tak mampu lagi mengendalikan pikirannya. Jadilah ia seseorang penderita suatu penyakit yang dalam bahasa kedokteran disebut psikosomatik atau depressi terselubung. Apa itu psikosomatik? Psikosomatik berkaitan dengan jiwa dan raga atau berhubungan dengan gangguan emosi atau mental pada diri manusia dimana ia tak mampu mengendalikan pikirannya yang ia rasakan dan dampaknya menurunnya daya tahan tubuh orang tersebut.

Ketidakmampuan seseorang dalam memikirkan sesuatu yang menjadi beban seseorang dalam kehidupannya merupakan pemicu utama timbulnya penyakit ini. Rasa cemas yang berkepanjangan dan berlebihan, takut terhadap sesuatu, apakah itu benda atau orang. Takut berjumpa orang, apalagi berbica dengan orang-orang tersebut.

Tak mampu berfikir secar optimal. Merasa tak berdaya dalam memecahkan sesuatu problema yang melilit fikirannya. Takut datang ke rumah orang yang ditimpa musibah atau meninggal dunia. Takut mendengar sirene ambulan, dan banyak lagi kecemasan-kecemasan atau ketakutan-ketakutan yang tak beralasan, yang muaranya sebenarnya adalah perasaan takut atau cemas akan kematian dirinya. Dengan kata lain, orang awam tidak melihat secara fisik bahwa si penderita mengalami gangguan kejiwaan sebab orang awam tersebut tak merasakan penderitaan orang yang terserang penyakit psikosomatik itu.

Padahal, si penderita sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi penyakitnya tersebut. Opini orang awam ini kelihatannya memang benar karena ayat-ayat tentang perasaan takut dan kecemasan terhadap dalam Al-Qur'an. Selain itu, orang awam belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi penderita psikosomatik. Demikianlah, fenomena yang tampak jika seseorang menderita psikosomatik.

Selain itu, fisik juga ikut terpengaruh akibat penyakit ini. Pada penderita psikosomatik, peningkatan kadar asam di lambung merupakan salah satu efek dari penyakit ini. Si penderita akan merasakan seolah-olah lambungnya sakit. Namun, yang sebenarnya adalah adanya peningkatan asam lambung disebabkan oleh faktor pikiran yang tak mampu dikendalikannya.

Penderita psikosomatik akan merasa rak punya tenaga, dadanya berdebar-debar kencang tanpa sebab, susah tidur, bernafas pendek sepertinya hanya sebatas leher dan tak sampai ke paru-paru, otot-otot terasa tegang seolah-olah ia menderita penyakit darah tinggi padahal ia tak menderita penyakit tersebut. Ia tak mampu berjalan jalan jauh sebab ia akan merasa cepat letih, dan juga ia merasa gamang untuk berjalan apalagi pergi ketempat-tempat ramai, seperti ke plaza-plaza atau ke pasar.

Ini terjadi karena si penderita psikosomatik sering membayangkan apa yang bakal terjadi jika ia pergi ke suatu tempat dan kemudian ia meninggal di sana. Hal semacam ini terus dalam pikirannya kecemasan merupakan penyakit batin, dan menyebabkan perasaan tegang. Tak jarang orang yang mengidap penyakit ini berusaha untuk bunuh diri. Perasaan ingin bunuh diri ini disebabkan penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Jika kondisi ini terjadi kemana ia harus mengadu?

Pendekatan Psikologi Qur'ani
Untuk langkah pertama adalah kita mengadu kepada Allah SWT dan kemudian kita pergi konsultasi pada dokter psikosomatik. Dalam Al-Qur'an, Allah telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 155-57 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa'ji'unn. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ayat di atas jelas menggambarkan kepada kita bahwa Allah SWT memberitahu bahwa Allah SWT menguji hamba-Nya. Ujian itu berupa kesenangan, kesusahan, sehat, sakit, kaya dan miskin, supaya diketahui dan terbukti siapakah yang tetap ber-Tuhan kepada Allah SWT dalam segala keadaanya, siapa pejuang dan sabar, dan siapa yang lancung, maka siapa yang sabar diberi pahala dan siapa yang patah dan syirik disiksa.

Dengan demikian manusia harus berjuang, karena hidup adalah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Selanjutnya, Rasullullah shallalla-hu'alaihi wasallam bersabda, "Alangkah menakjubkan perkara orang mukmin! Semua urusan kebaikan baginya. Jika ketika dikaruniai kesenangan dia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Jika ketika dikaruniai kesenangan dia bersabar, maka hal itu merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim).

Demikian juga termuat dalam surat Al Baqarah ayat 216, Allah SWT berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Selain dari ayat-ayat di atas, masih terdapat sekitar 134 ayat dalam berbagai kasus yang memaparkan tentang rasa takut, dan sebanyak 48 ayat dengan lafal gelisah. Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa pendekatan psikologi qur'ani merupakan solusi yang tepat untuk keluar dari cengkraman rasa cemas dan rasa takut yang tak beralasan, di samping tentunya berusaha berkonsultasi dengan ahli psikosomatik.

Dokter umum atau dokter spesialis (bukan psikosomatik) biasanya menanganinnya tanpa mau merujuk penanganannya pada dokter spesialis yang menangani psikosomatik. Bisa ditebak apa yang terjadi. Pasien psikomatik biasanya akan berpindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Akhirnya, sebagai manusia beragama sudah selayaknya kita mendalami isi kandungan Al-Qur'an karena peristiwa-peristiwa yang terjadi di jagat raya ini telah dengan jelas diuraikan dalam Al-Qur'an. Kita jangan cepat-cepat mengatakan bahwa si penderita sakit "dibuat" oleh para pendengki.

Sebab ketidaktahuan kita akan suatu penyakit dewasa ini sering diasumsikan pada orang yang dengki telah berbuat zalim kepada kita, padahal penyakit yang kita derita adalah disebabakan tekanan kehidupan kita yang mampu kita pecahkan secara sistemaitis. Hanya kepada Allah SWT kita mengadu dan menyerahkan masalah kita. Kita harus banyak bersabar dan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, pencipta alam semesta. Hanya Allah SWT satu-satunya yang mampu menolong semua masalah dan penderitaan kita. Jadi, sudah sepantasnyalah kita mengadukan problem kehidupan kita hanya kepada Allah SWT.***

* Dosen Poleteknik Negeri Medan

Thursday, May 3, 2007

Pengertian Kerja Cerdas

Jakarta, 31 Agustus 2006

Menjadi Lebih Produktif

Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar istilah kerja cerdas? Ada yang mengartikan bahwa kerja cerdas itu adalah sebuah model kerja di mana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tapi hasilnya besar. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal atau berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapatkan untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu ke depan.

Orang yang berpendapat demikian mungkin menganut teori Paretto yang 80/20 itu (The law of imbalance). Kalau merujuk teori ini, berarti 80 % penghasilan orang itu dihasilkan dari 20 % aktivitas kerja / bisnisnya. Aktivitasnya hanya 20 % tapi penghasilannya 80 %. Mungkin, karena orang seperti itu sudah lihai dalam membidik peluang, maka terwujudlah kerja cerdas dalam pengertian seperti di atas.

Terus terang, meski pengertian di atas sering saya dengar dalam pembicaraan, tetapi dalam prakteknya masih jarang saya lihat. Saya tidak tahu apakah Anda juga punya pengalaman seperti saya atau tidak. Yang kerap kita jumpai, kalau ada orang yang mendapatkan hasil banyak, orang itu juga bekerja banyak. Konon, Bill Gate yang dikenal orang pintar dan orang kaya, punya jam kerja yang jauh lebih banyak dibanding dengan karyawannya. Cuma bedanya, Bill Gate tidak merasakan pekerjaannya sebagai tekanan yang membebani.

Tak hanya Bill Gate saja. Di beberapa stasiun teve sekarang ini kerap ditayangkan sukses stori para pengusaha lokal, baik UKM atau Non-UKM. Sejauh saya mengikuti sampai saat ini memang saya belum pernah mendengar dari mereka yang mengatakan bahwa prestasi usahanya itu diciptakan dari model kerja cerdas dalam pengertian di atas. Yang sering mereka katakan justru adalah prinsip mendasar yang umumnya sudah diketahui banyak orang, misalnya: jujur, disiplin, bekerja keras, menjaga kepercayaan, dan semisalnya.

Terlepas apapun orang mengartikan kerja cerdas, tapi di sini kita akan membahas kerja cerdas dalam pengertian: bagaimana kita bisa menjadi lebih produktif dengan alokasi waktu kerja yang sama atau dengan menggunakan peralatan yang sama. Atau dalam pengertian: bagaimana kita bisa memproduksi solusi (barang atau jasa) yang lebih banyak atau lebih cepat dalam waktu yang sama dengan menggunakan peralatan yang sudah kita miliki.

Mungkin contoh beratnya bisa kita ambil dari hasil kerja Frederick W. Taylor pada tahun 1911. Seperti yang sudah jamak diketahui, Taylor adalah seorang insinyur yang bekerja di pabrik. Taylor tidak puas dengan produktivitas para pekerja yang sangat rendah kala itu. Melihat keadaan seperti itu, Taylor menawarkan revolusi mental yang kemudian dikenal dengan 4 prinsip manajemen.

Sebagai bahan perbandingan buat kita, Taylor menawarkan solusi antara lain:

a) Mengembangkan metode, konsep, atau ilmu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan pekerjaan dari pekerjaan itu atau memunculkan teori aplikasi yang terbaik dari pekerjaan yang dilakukan

b) Memilih dan melatih para pekerja dengan pertimbangan dan keputusan yang logis,

c) Menciptakan komunikasi yang sinergis antara manajemen dan pekerja

d) Pembagian kerja dan tanggung jawab yang tegas.

Berdasarkan kondisi dan situasi kontekstual kala itu, konon revolusi mental yang ditawarkan Taylor ini berhasil meningkatkan produktivitas pekerja sampai mencapai 200 %. Menggiurkan, bukan? Atas keberhasilan yang dicapai, Taylor kemudian diberi gelar Bapak Manajemen Ilmiah.

Contoh yang ringan bisa kita ambil dari kebiasaan sehari-hari. Ketika bicara produktivitas, pasti berbeda antara orang yang bekerja dengan target di kepalanya dan orang yang bekerja tanpa ada target di kepalanya. Pasti berbeda antara orang yang bekerja dengan mengembangkan tehnik dan orang yang bekerja dengan tanpa mengembangkan tehnik. Pasti berbeda antara orang yang bekerja dalam keadaan marah dan orang yang bekerja dalam keadaan happy. Pasti berbeda antara orang yang bekerja berdasarkan prioritas dan orang yang bekerja asal-asalan. Pasti berbeda antara orang yang bekerja dengan konsep dan orang yang bekerja tanpa konsep. Bahkan terkadang ada bedanya antara kita bekerja dengan menelpon orang lebih dulu dan bekerja lebih dulu baru menelpon orang. Ini contoh riil yang kita alami sehari-hari.

Intinya, seperti kata orang bijak, di semua pekerjaan di dunia ini ada rahasia Tuhan. Rahasia itu jika semakin kita gali tidak berarti semakin habis. Justru rahasia itu semakin bertambah. Bahkan rahasia itu tidak akan habis ditulis dengan tinta air laut. Ini terjadi dari mulai bagaimana seorang pelayan diskotik menuangkan minuman dari botol ke gelas dengan gayanya yang khas sampai ke bagaimana seorang arsitek merancang bangunan bertingkat. Tugas kita adalah sebetulnya menggali rahasia-rahasia itu sehingga kita bisa selalu meningkatkan produktivitas.

Dengan bertambahnya kemampuan untuk memproduksi solusi yang lebih besar dan lebih cepat, maka secara logis ini akan meningkatkan penghasilan kita. Soal berapa persennya dan kapan peningkatan hasil itu akan terwujud, ini urusan tehnis. Tapi prinsipnya kira-kira begitu.

Syarat menjadi lebih produktif

Beberapa syarat mental di bawah ini sebenarnya adalah tambahan dari yang sudah kita miliki berdasarkan pengalaman sehari-hari. Atau bahkan mungkin sebatas sebagai reminder (pengingat) atas hal-hal mendasar yang kerap kita lupakan dalam praktek. Nah, syarat mental yang perlu kita miliki untuk mencapai kerja cerdas dalam pengertian yang kita bahas di sini adalah:

Mengembangkan standar prestasi yang pas

Pas di sini artinya memiliki standar yang match atau sesuai dengan perkembangan kita hari ini. Seperti yang kita alami, jika standar yang kita patok itu terlalu rendah, biasanya produktivitas kita juga rendah. Tapi, jika terlalu tinggi atau terlalu banyak, biasanya malah bingung atau malah sedikit hasilnya. Karena itu ada yang menyarankan, little is more and more is little.

Dengan kata lain, supaya tetap produktif, berarti kita perlu memberi standar yang benar-benar pas dengan dinamika perkembangan kita. Jangan terlalu rendah atau jangan terlalu sedikit. Tapi, jangan juga terlalu tinggi atau jangan terlalu banyak.

Mengasah kreativitas

Kreatif atau tidak kreatif, pada akhirnya adalah masalah manajemen batin. Suasana atau fasilitas memang mendukung kreativitas, tapi jika batin ini tidak kreatif, fasilitas dan suasana itu tidak ada gunanya. Mengasah kreativitas ini bisa kita lakukan dengan menyediakan ruang untuk menemukan berbagai kemungkinan untuk menciptakan metode, cara atau tehnik baru yang lebih efektif dan lebih efisien dan yang membuat kita menjadi lebih produktif.

Soal apa bentuknya, bagaimana caranya dan lain-lain, ini urusan kita masing-masing. Ini mengingat, biasanya, the best tehnique is always not in the book. Tehnik, metode atau cara yang kita dapatkan dari orang lain atau dari buku, ini umumnya sebagai “an aid” atau bantuan buat kita untuk melakukan discovery atau eksplorasi.

Menajamkan fokus

Produktivitas sangat erat hubungannya dengan soal fokus. Fokus, karena itu merupakan kekuatan. Contoh sepele, misalnya: jika kita melihat benda di depan mata tetapi pikiran kita tidak fokus, maka produktivitas penglihatan kita juga tidak bagus. Ini terjadi sampai ke hal-hal yang sangat mendasar dalam hidup manusia.

Jika seseorang memfokuskan pikirannya untuk melihat masalah, maka yang menjadi kesimpulan di batinnya adalah masalah. Sebaliknya, jika seseorang memfokuskan pikirannya untuk melihat peluang, maka yang menjadi kesimpulan di batinnya tentang dunia ini adalah peluang. Meski awalnya ini adalah soal kesimpulan di batin, tetapi pada tahapan tertentu akan mempengaruhi tindakan dan produktivitasnya.

Saking eratnya hubungan antara produktivitas dan fokus, teori manajemen sampai mengajarkan kita untuk membagi aktivitas menjadi:

a) prioritas

b) penting

c) mendesak

d) distraksi

Jika kita gagal membedakan antara prioritas dan distraksi (aktivtas yang tidak prioritas, tidak penting dan tidak mendesak), pasti fokus pikiran kita kacau. Kalau sudah kacau, produktivitas kita pun akan terancam.

Menggali Tacit knowledge

Istilah Tacit Knowledge ini bisa kita jumpai di naskah kerja Robert J. Stenberg, pakar Psikologi di Yale University. Ini adalah semacam pengetahuan spesifik tentang sesuatu yang diperoleh seseorang dari praktek. Tacit Knowledge ini punya ciri khas antara lain:

Pengetahuan itu adalah sebuah prosedur di dalam diri seseorang tentang bagaimana sesuatu harus dikerjakan

Pengetauan itu merupakah buah dari melakukan sesuatu, bukan buah dari diajar orang lain

Pengetahuan itu bersifat sangat pribadi

Seorang sopir yang sudah berpengalaman, pasti memiliki prosedur batin tentang bagaimana menjalankan kendaraan yang diajarkan oleh pengalamannya. Prosedur batin itu biasanya tidak dimiliki oleh seoran sopir yang baru lulus dari sekolah montir. Kita sering menyebutnya dengan istilah “feeling” atau gerakan reflek, atau juga disebut beyond the technique.

Kaitannya dengan produktivitas di sini sangat jelas. Seorang sopir yang sudah bekerja dengan feeling tadi, pasti lebih produktif. Dia lebih tahan lama, lebih rileks, dan lebih cepat. Saya kira ilustrasi ini juga bisa kita terapkan dalam pekerjaan sehari-hari.

Menjaga harmonitas

Seperti juga alam raya ini, hidup kita akan produktif kalau hormonitasnya terjaga, serasi atau seimbang. Belajar dari praktek hidup, mayoritas penyakit yang merupakan ancaman produktivitas, entah itu penyakit jiwa atau raga, mulanya muncul dari pengabaian kecil (ignorance) yang kemudian menimbulkan ketidakhamonisan, atau ketidakseimbangan ke hampir seluruh wilayah hidup.

Contohnya adalah kurang tidur. Ketika kita kurang tidur, yang terjadi bukan hanya kita butuh tidur di siang hari sebagai pengganti waktu tidur yang telah kita gunakan untuk yang lain. Kurang tidur yang sudah sampai pada tingkat overdosis, bisa menganggu hubungan kita dengan pekerjaan, dengan orang lain, dan seterusnya, yang akhirnya mengakibatkan produktivitas rendah.

Perlindungan batin

Batin di sini, tidak bisa kita samakan dengan emosi. Melindungi batin, bukanlah melindungi emosi. Kalau konteksnya produktivitas, batin kita perlu dilindungi dari kotoran yang menganggu produktivitas. Biasanya, kotoran itu adalah masalah yang kita ciptakan sendiri secara tidak sengaja atau masalah yang didatangkan orang lain untuk kita – yang tidak kita oleh menjadi vitamin batin. Maksudnya ? Kita sering mendengar ucapan, kritik atau pun pendapat orang lain yang tidak enak mengenai diri kita, cara kerja maupun hasil pekerjaan kita.

Kita bisa saja menganggapnya sebagai sampah yang mengotori batin dan harus dibuang, atau menanggapnya sebagai warning signal – atas sesuatu di dalam diri yang perlu kita renungkan. Kalau kita mau belajar dan bertumbuh, mata batin kita lah yang harus menangkap “kata-kata” yang ditujuan pada kita, bukan telinga kita. Mata batin, bisa melindungi kita dari self-denial (pengingkaran kenyataan diri). Kita bisa tutup telinga – tapi tidak bisa menutup mata batin. Kejernihan suara batin bisa menuntun kita bekerja cerdas, kalau kita mau mendengar tuntutannya.

Apa mungkin kita sanggup membersihkan batin dari masalah untuk sekedar menjadi lebih produktif? Kalau konteksnya praktek hidup, maksudnya yang lebih tepat bukanlah bersih dalam arti tidak ada masalah atau lari dari masalah. Selain mustahil, pun juga ini malah tidak produktif. Maksudnya adalah menyelesaikan masalah secara sehat, benar, jujur dan proporsional. Kalau kita proporsional dalam memikirkan, bersikap dan bertindak, maka produktivitas kita tidak terganggu dengan masalah yang ada.

Jika kita sedikit-sedikit sakit hati atau terlalu memasukkan hati ulah orang lain, dan tidak menjadikannya “obat pahit”, ini bisa mengganggu produktivitas. Batin kita akan bekerja untuk memikirkan orang lain dalam pengertian memikirkan yang tidak perlu, bukan memikirkan bagaimana memperbaiki dan mengembangkan diri, serta memproduksi solusi yang lebih banyak atau lebih cepat. Semoga bermanfaat !

Hindari Tujuh Hal

Meski kita ingin segera dapat mengatasi depresi, tetapi tak jarang kita malah mempraktekkan hal-hal yang memperparah depresi itu. Ini antara lain bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Hanya mencari-cari tip, saran atau tehnik yang jitu untuk mengatasi depresi. Tip dari buku, saran dan tehnik dari orang lain itu sangat kita butuhkan tetapi posisinya di sini bukan sebagai penentu, melainkan sebagai pembantu (bantuan. Kita membutuhkan semua itu tetapi tidak boleh mengandalkan pada semuanya. Artinya, tip dan saran itu akan berguna ketika kita dalam keadaan sedang berusaha untuk mengatasi depresi dan tidak berguna kalau kita duduk dan diam saja.

2. Tidak percaya, menolak atau skeptis terhadap saran, pendapat atau bantuan orang lain. Ini adalah bentuk padanan yang ekstrim dari yang pertama. Menutup diri, menutup-nutupi, melecehkan semua orang atau menjauhi orang kerapkali justru akan membuat kita semakin ‘depressed’ dengan keadaan kita.

3. Hanya menyalahkan keadaan atau orang. Mungkin saja yang membuat kita depresi itu adalah dunia ini yang telalu kejam atau orang lain. Tetapi akan malah berbahaya kalau yang kita ingat dan yang kita lakukan adalah hanya mengutuk dunia dan mengutuk orang lain. Harus ada inisiatif dari dalam diri kita untuk mengobati diri sendiri.

4. Kurang kreatif dalam menemukan cara atau terlalu “taat” pada rutinitas yang biasa-biasa. Ini juga bisa membuat depresi itu makin mendalam. Ada saran agar kita membagi aktivitas menjadi tiga: a) aktivitas positif yang wajib, b) aktivitas yang untuk fun atau pleasurable, dan c) aktivitas yang untuk menabur kebajikan pada orang lain seperti membantu atau menyambung hubungan.

5. Membiarkan munculnya definisi diri negatif, misalnya saja: saya sudah tidak punya apa-apa lagi, saya muak melihat diri saya, hidup saya sudah hancur dan tidak bisa diperbaiki lagi, dan seterusnya. Ini adalah definisi atau kesimpulan atau label tentang diri sendiri yang kita buat sendiri. Jika ini terus berlanjut akan mempersulit upaya recovery.

6. Menolak realitas dengan cara yang merugikan. Realitas itu kalau ditolak dengan tujuan menolak yang asal menolak (denial), ini akan memperparah pertengkaran yang membuat depresi itu makin mencengkeram. Tetapi bila kita terima dengan pasrah dan kalah (larut dan hanyut), ini juga tidak menyembuhkan. Yang diharapkan adalah menerima untuk memperbaiki. Seperti yang ditulis Dr. Felice Leonardo Buscaglia, “ Trauma yang abadi di adalah penderitaan yang tidak diikuti dengan perbaikan.”

7. Menganut paham perfeksionis yang tidak rasional. Dari pengalaman sejumlah ahli dalam menangai penderita depresi, konon yang menghambat upaya recovery adalah ketika seseorang berpikir bahwa dia harus bebas dari depresi seketika itu dan langsung, tidak usah repot-repot. Mengatasi depresi butuh proses yang berkelanjutan, dan jika kita menolak proses itu bukan malah cepat tetapi malah semakin lama.

Tujuh hal di atas dapat kita gunakan untuk menjelaskan realitas di mana ada orang yang semakin buruk langkahnya, makin buruk hubungannya dan makin buruk caranya dalam menghadapi hidup saat depresi. Anda mungkin punya teman, keluarga atau tetangga yang malah semakin tertutup, semakin tidak persuasif, semakin tidak bijak, semakin sempit, semakin tertutup dan sejumlah “semakin” yang negatif lainnya.

Tetapi ada juga sekelompok orang yang mulai menunjukkan bukti-bukti perbaikan diri, perbaikan hubungan dan perbaikan cara dalam menghadapi realitas. Semakin jelas langkah yang ditempuh, semakin open dan bijak, semakin bisa memilih orang, semakin ramah, semakin soleh hidupnya, dan seterusnya. Sebisa mungkin kita perlu berjuang untuk menjadi manusia kelompok kedua.

Agenda Reformasi

Secara umum, agenda reformasi itu bisa kita buat berdasarkan poin-poin berikut ini:

1. Membangun citra diri positif

Citra diri berasal dari bagaimana kita menyimpulkan diri sendiri atau beropini tentang diri sendiri. Yang positif membuahkan citra positif. Untuk membangun yang positif ini diperlukan tiga hal:

§ Anda perlu menciptkan definisi, opini atau kesimpulan yang positif

§ Anda perlu melawan munculnya opini, definisi atau kesimpulan negatif dengan cara menghentikan, mengganti atau membatalkan

§ Anda perlu menciptakan alasan-alasan faktual, bukti nyata untuk mendukung kesimpulan positif yang Anda ciptakan

Sedikit tentang alasan faktual itu, saya ingin memberi contoh misalnya saja Anda berkesimpulan bahwa hidup Anda memang masih bermakna (untuk diri sendiri dan untuk orang lain). Kesimpulan ini lebih positif ketimbang Anda punya kesimpulan yang sebaliknya. Tetapi jika yang Anda lakukan hanya sebatas merasa atau menyimpulkan (tanpa diiringi dengan perbuatan dan hasil atau pembuktian bertahap), lama kelamaan kesimpulan Anda ini akan kalah oleh fakta yang ada tentang diri Anda. Jangan pernah berpikir bahwa perbaikan diri itu bisa ditempuh dengan cara tidak melakukan sesuatu. Forget it.

2. Menjalankan agenda perbaikan berkelanjutan yang realistis

Kesalahan kita saat terkena depresi adalah: kita hanya merasakan bagaimana depresi itu tetapi kurang berpikir tentang apa saja yang masih bisa kita lakukan untuk memperbaiki diri di masa depan. Kita tenggelam ke dalam masa lalu yang buruk dan lupa meng-imajinasi-kan masa depan yang lebih bagus. Padahal, masa lalu itu sudah tidak bisa diubah. Padahal, masa depan itu masih “open” buat kita. Agar ini tidak terjadi, Anda boleh memilih agenda perbaikan di bawah ini:

§ Anda merencanakan program atau jadwal tentang apa yang perlu anda lakukan dan apa yang perlu Anda hindari agar hidup Anda menjadi lebih bagus di hari esok berdasarkan keadaan Anda.

§ Anda mencanangkan target yang benar-benar ingin Anda raih sebagai bukti adanya perbaikan dalam diri Anda, misalnya mendapatkan pekerjaan, mendapatkan orang yang lebih bagus, mendapatkan tempat yang lebih bagus, dan seterusnya.

§ Anda merumuskan tujuan jangka pendek atau panjang yang ingin Anda wujudkan, seperti misalnya menyelesaikan kuliah, meningkatkan penguasaan bidang, menambah pengetahuan atau skill, dan lain-lain

Tiga hal di atas perlu dilakukan dengan catatan harus realistis: bisa dilakukan dari mulai hari ini, dengan menggunakan sumber daya yang sudah ada, dan dari lokasi hidup di mana Anda saat ini berada. Hindari membuat program atau target yang “mengkhayal” atau hanya berfantasi atau terlalu tinggi sehingga tidak bisa dilakukan dan tidak bisa diraih.

3. Menggunakan ketidakpuasan

Saat depresi, pasti kita tidak puas dengan hidup kita. Ini bisa positif dan bisa negatif, tergantung bagaimana kita menggunakan. Bagaimana supaya bisa positif? Salah satu caranya adalah dengan menggunakan ketidakpuasan itu sebagai dorongan / motivasi unntuk melakukan sesuatu (menjalankan program, meraih target atau tujuan). Anda bisa menggunakan ketidakpuasan atas masa lalu dan hari ini sebagai pemacu untuk memperbaiki atau mengubah hari esok. Jika PHK telah membuat Anda depresi, jadikan itu sebagai motivasi untuk memperluas jaringan, memperbaiki skill, membangun karakter yang lebih positif, dan seterusnya. Ini jauh lebih positif ketimbang kita hanya merasakan depresi, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain.

4. Memperbaiki / memperluas hubungan

Wilayah hubungan yang perlu diperbaiki adalah: a) hubungan dengan diri sendiri: control diri, meditasi, dialog diri, dll, b) hubungan dengan orang lain dan c) hubungan dengan Tuhan (meningkatkan iman). Memperbaiki hubungan dengan diri sendiri akan membuat kita cepat mengontrol atau menarik diri dari keadaan yang tidak menguntungkan kita. Kalau kita sadar bahwa kita sedang depresi dan sadar bahwa kita harus segera mengambil tindakan, tentunya ini akan beda persoalannya.

Memperbaiki hubungan dengan manusia akan membantu usaha yang kita lakukan dalam mengatasi depresi. Kita tetap harus ingat bahwa manusia itu bisa digolongkan menjadi dua: a) ada manusia yang menjadi sumber depresi buat kita, dan b) ada manusia yang menjadi bantuan solusi atas depresi. Yang kita butuhkan (sebanyak-banyaknya) adalah manusia kelompok kedua. Jangan sampai kita menjauhi semua manusia, trauma kepada semua manusia, atau tidak percaya pada semua manusia.

Bagaimana memperbaiki hubungan dengan Tuhan? Ada banyak cara untuk memperbaikinya, antara lain: a) meningkatkan iman, b) menjalankan ajaran agama yang kita pilih (formal dan non-formal) sampai benar-benar kita merasa dan meyakini ada semacam “kebersamaan”. Kebersamaan di sini bukan kebersamaan yang “halusinasi” (tidak berdasar dan tidak berefek), tetapi kebersamaan yang mendorong kita untuk melakukan hal positif dan menghindari hal negatif. Kebersamaan seperti ini akan memperkuat dan mencerahkan.

5. Mengganti paham “perfection” menjadi “excellence

Dengan bahasa yang sederhana dapat dijelaskan bahwa perfection adalah menuntut kesempurnaan (dari orang lain, dari diri sendiri dan dari dunia ini). Sementara, excellence adalah mengusahakan kesempurnaan secara bertahap, perbaikan berkelanjutan. Perfection lebih dekat pada keyakinan yang tidak rasional. Keyakinan seperti ini lebih mudah terkena depresi pada saat kita ingin mengatasi depresi, misalnya saja kita tidak mau gagal lagi (kemungkinan untuk gagal itu selalu ada), kita anti toleransi terhadap kelemahan orang lain (semua orang punya kelemahan), dan seterusnya.

Menurut Susan Dunn, MA, (When Perfect Isn't Good Enough, www.selfgrowth.com, perfeksionis dapat mengakibatkan hal-hal buruk yang antara lain adalah: a) dapat mengantarkan kita pada isolasi diri, b)dapat mengantarkan kita menjadi orang yang takut menghadapi resiko hidup, c) dapat mengantarkan kita pada kesulitan dalam membuat keputusan atau sasaran hidup yang tepat, d) dapat mengantarkan kita pada kesalahan dalam menilai diri (overestimate), e) dapat mengantarkan kita menjadi orang kerdil yang sulit mempercayai orang lain.

Selamat mempraktekkan!